Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No 8 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perkebunan bahwa Kopi merupakan salah satu komoditas strategis di Jawa Barat yang mempunyai peran cukup penting dalam perekonomian masyarakat Jawa Barat.
Dalam perkembangannnya tanaman Kopi terbagi menjadi dua jenis yaitu Kopi Arabika dan Robusta. Kopi Arabika cocok ditanam di dataran tinggi sedangkan Kopi Robusta untuk ditanam di dataran rendah, secara ekonomi nilai jual Kopi Arabika lebih mahal daripada Kopi Robusta. Sesuai dengan Data Statistik Perkebunan tahun 2015 bahwa rata-rata produksivitas kopi Arabika di Jawa Barat sebesar 951 kg per Ha, sedangkan Kopi Robusta Produktivitas rata-rata sekitar 784 kg per Ha. Luas areal Kopi Arabika sekitar 16.808 Ha sedangkan kopi Robusta sekitar 15.750 Ha.
Kopi Java Preanger Jawa Barat yang merupakan Kopi Arabika telah mempunyai sertifikasi Indikasi Geografis yang merupakan suatu jaminan pasar tentang mutu yang dihasilkan bagi para konsumen/buyer sehingga mempunyai nilai tambah yang signifikan, sehingga Provinsi Jawa Barat mempunyai kopi berkualitas yang dapat dibanggakan tentang citarasanya, sehingga dapat memotivasi para petani untuk menanam tanaman kopi lebih berkembang, serta ikut gencar mendukung dalam peningkatkan produksi dan produktivitas kopi specialty dimaksud. Pemerintah Jawa Barat sangat mendukung pengembangan Kopi yang telah dan sedang di programkan untuk rakyat Jawa Barat. Sesuai dengan kebijakan dan janji Gubernur Jawa Barat yang telah dan akan memberikan benih Kopi terhadap para petani, dimulai tahun 2014 dengan pemberian benih kopi 1 juta pohon, dari tahun 2015 s/d 2016 sudah dilaksanakan pembenihan kopi 4 juta benih untuk penanaman kopi di Jawa Barat dan selanjutnya pada tahun 2017-2018 direncanakan akan dilaksanakan pembenihan 10 juta benih sehingga berjumlah 15 juta benih kopi. Dalam mendukung pengembangan tanaman kopi Jawa Barat sejak tahun 2014 s/d 2018 harus menyediakan lahan seluas 7.500 Ha.
Saat ini Produktivitas Kopi Arabika di Jawa Barat sudah mulai meningkat lebih dari 7,3 % dibanding pada tahun 2010 yang rata-rata produktivitas sekitar 886 kg per Ha, hal ini kemungkinan peningkatan produktivitas belum signifikan karena masih banyak tanaman Kopi yang belum menghasilkan (TBM).
Untuk menunjang peningkatan produksi kopi di Jawa Barat Dinas Perkebunan telah menerapkan teknologi budidaya sesuai dengan teknis anjuran antara lain melalui kegiatan pembinaan teknis dan penyuluhan yang berkelanjutan, adanya Demplot Intensifikasi tanaman Kopi sebagai unit percontohan melalui kegiatan pemeliharaan, pemupukan, dan perlindungan tanaman juga menerapkan inovasi teknologi yang dianjurkan oleh para peneliti dari Litbang (Balittri/Puslit Koka) dengan kegiatan diseminasi teknologi rejuvinasi cabang pada kopi robusta yaitu upaya untuk memperbaiki pertanaman kopi yang kondisinya telah rusak, agar pertumbuhan, produktivitas, mutu dan citarasa tanaman kopi kembali membaik sehingga para petani dapat memperbaiki tanaman untuk meningkatkan produksi kopi. Selain itu juga dikembangkan tanaman kopi melalui perluasan di lahan petani maupun lahan PHBM.