Pohon Kehidupan atau “The Tree Of Life”, julukan itu disematkan kepada tanaman kelapa (Cocos nucifera L) karena hampir semua bagian yang ada pada tumbuhan ini dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia. Mulai dari akar hingga bunga kelapa dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, bisa untuk konsumsi, farmasi, bahan bakar hinnga kerajinan tangan. Olahan daging kelapa sudah sangat umum kita temukan sebagai bahan kudapan tradisional dari berbagai daerah di Indonesia. Seperti contoh pada rendang yang pernah menduduki peringkat pertama World’s Best Food versi CNN Travel, bahan utama dari bumbu rendang adalah kelapa. Jika kita amati pohon yang akan selalu kita temui di setiap sudut wilayah di Indonesia adalah kelapa. Hal itu karena pohon kelapa cocok tumbuh di daerah beriklim tropis  dan tanah yang ideal untuk penanaman kelapa adalah tanah berpasir , berabu gunung, tanah berliat dan sinar matahari banyak minimal 120 jam perbulan. Oleh karena itu tidak heran apabila pohon kelapa tumbuh sangat baik di daerah pesisir pantai. Ahli botani memperkirakan buah kelapa yang jatuh di pesisir pantai kepulauan-kepulauan menyebar terbawa arus lalu tumbuh di pesisir pantai yang lain.  

Tanaman yang merupakan famili palmae dan konon berasal dari Amerika Selatan ini memiliki beberapa varietas. Ada tiga varietas kelapa yang umum ditemui di Indonesia yaitu kelapa dalam, kelapa genjah dan kelapa hibrida.  Ketiga varietas ini memiliki karakteristik dan keunggulan masing-masing dengan produk turunan yang berbeda-beda.  Kelapa dalam adalah salah satu jenis kelapa yang secara natural banyak tumbuh di pesisir pantai Indonesia. Apabila kita menemui pohon kelapa yang tinggi menjulang di daerah pesisir pantai, bisa dikatakan itu adalah kelapa dalam. Secara fisik kelapa dalam memiliki batang yang besar dan bisa tumbuh sampai dengan 30 meter. Kelapa dalam bisa menghasilkan buah ketika menginjak umur tanam 6-8 tahun. Umur tanaman kelapa dalam bisa dikatakan cukup panjang karena bisa bertahan sampai dengan 100 tahun sedangkan produksi buahnya dalam satu tahun bisa mencapai sekita 90 butir per pohon.

Kelapa genjah adalah varietas kelapa lain yang umum kita temui di Indonesia. Sesuai dengan namanya kelapa ini dinamai kelapa genjah karena kemampuannya dalam menghasilkan buah. Karakter fisiknya sangat berbeda dengan kelapa dalam yang tinggi menjulang. Kelapa genjah berbatang pendek sekitar 12 meter. Kelapa genjah biasa berbuah pada usia tanam 3-4 tahun dengan ukuran buah yang relatif kecil yaitu amksimal 1,5 kg hingga 2,5 kg per butir. Tiap pohon dapat berbuah hingga 140 butir/tahun. Kelapa genjah sangat cocok ditanam di pekarangan rumah karena fisiknya yang tidak terlalu besar  sehingga mudah untuk dipanen dan buahnya dapat dikonsumsi atau diolah menjadi bahan makanan lain.

Selanjutnya yang tidak kalah populer adalah kelapa hibrida yang merupakan hasil persilangan antara kelapa dalam dengan kelapa genjah dengan tujuan mendapatkan varietas yang lebih unggul. Kelapa hibrida mulai berbuah pada saat umur 5-7 tahun sedikit lebih cepat dari kelapa dalam dengan produktivitas sekitar 140 butir per pohon dalam satu tahun. Karakter kelapa hibrida ini merupakan perpaduan antara kelapa dalam dengan kelapa genjah cepat berbuah namun lama meninggi dengan daging buah yang tebal, keras dan kandungan minyak yang tinggi.

Dikutip dari Indonesia.go.id data 2017 dalam The World Atlas mencatat bahwa jumlah produksi kelapa di Indonesia mencapai 19,4 juta ton disusul Filipina di urutan kedua dengan jumlah 15,9 juta ton. India berada di urutan ketiga dengan jumlah 10,6 juta ton.  Namun sayangnya  Indonesia masih kalah dengan Filipina dalam penguasaan pasar dunia untuk komoditas kelapa. Namun beberapa tahun belakangan ini titik cerah mulai terlihat pada komoditas kelapa ini. Saat ini ada beberapa komoditas produk turunan kelapa asal Indonesia yang menjadi primadona di pasar dunia selain kelapa segar, diantaranya yaitu minyak kelapa, kopra, kelapa serut kering dan arang briket tempurung kelapa.

ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/Rei/ama/15

Arang briket tempurung kelapa Indonesia saat ini sedang naik daun di pasar dunia karena kualitasnya yang sampai saat ini belum ada yang menyaingi namun hal tersebut berbenturan dengan persediaan bahan baku yang terbatas karena volume arang tempurung hanya 16% dari satu buah kelapa. Dikutip dari berita Fakultas Teknologi Industri Pertanian (FTIP) Universitas Padjadjaran, Asep Jembar Mulyana, founder dan CEO salah satu perusahaan pengekspor briket kelapa yang menjadi narasumber kuliah umum di FTIP menyatakan bahwa demand untuk briket kelapa di luar negeri sangat tinggi karena konsumsi barbeku dan shisha di dunia sangatlah tinggi, lebih dari 350 ribu ton per tahunnya.

Selain memiliki permintaan yang tinggi, bisnis briket tempurung kelapa juga tidak terkena dampak krisis ekonomi. Saat ini, penjualan briket tempurung kelapa 100 persen dilakukan secara ekspor dengan menggunakan kurs mata uang asing. Hal ini membuat bisnis briket bisa berjalan secara berkelanjutan dengan ditunjang ketersediaan limbah yang melimpah. Dengan keterbatasan material yang terbatas beberapa pengusaha tempurung kelapa bahkan mendatangkan bagian yang kerap dianggap limbah tersebut dari luar Pulau Jawa khususnya Sumatera.

Kesempatan emas ini  jangan sampai disia-siakan oleh banyak pihak di Indonesia karena persaingan bisa datang kapan saja bahkan dalam waktu dekat. Semoga reputasi arang/briket tempurung kelapa Indonesia sebagai yang terbaik di Indonesia terus bertahan. (***HUMAS DISBUN)

Sumber:

http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/87463/MENGENAL-POHON-KELAPA/

http://www.allfresh.co.id/daily-information/daily-tips/tiga-varietas-tanaman-kelapa

https://www.unpad.ac.id/2021/07/briket-tempurung-kelapa-indonesia-merajai-pasar-ekspor/


Dibaca : 17021 kali